Goverment Public Relation Melawan Lautan Hoax
Agustinus Eko Rahardjo menggawangi portal informasi
kebijakan Presiden RI. Jojo, sapaan
akrabnya, adalah alumnus program studi S-1 Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga Surabaya.
(source image : bluetext.com)
Ia pernah berkecimpung di media cetak, online,
radio, dan televisi seperti Tempo, Sonora FM, CVC Radio Australia, Kompas TV,
CNN Indonesia TV dan merupakan dosen Ilmu Komunikasi UMN.
Pak Jojo dalam pertemuannya bersama mahasiswa
jurusan Ilmu Komunikasi mulai angkatan 16,17 hingga 18 di Aula Soetandyo lantai
2 gedung Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga
menekankan tema HOAX sebagai sumber masalah utama yang akan didiskusikan secara
terperinci dan mendalam.
Fokus utama diskusi kuliah tamu kali ini menitik
beratkan tentang bagaimana cara seorang staff kepresidenan Tenaga Ahli
Komunikasi Politik & Diseminasi Informasi menanggulangi masalah hoax yang
bersifat menyerang kepemerintahan yang tersebar di masyarakat luas secara
cepat.
Kemajuan teknologi informasi mendorong perubahan
kultur dan kebiasaan masyarakat, salah satunya ialah gemar menyebarkan berita
atau informasi. Tidak jarang kita jumpai suatu isu yang belum tentu
kebenarannya sudah tersebar luas di berbagai media sosial mulai dari Facebook, Twitter, hingga Instagram.
Pada era post truth saat ini kita sering kali
menjumpai suatu kebenaran yang terbalik, dimana beberapa fakta ditenggelamkan
dan digganti oleh keyakinan dan perasaan pribadi seseorang yang ia anggap sudah
paling benar.
Informasi hoax (palsu, bohong, tidak menunjukkan kebenaran
yang sesungguhnya) bukan hanya menjadi musuh pemerintah saja tetapi menjadi
musuh semua warga negara. Setiap manusia mencari kebenaran, membutuhkan
kebenaran, dan ingin mendapatkan kepastian dalam hal apapun.
Walaupun sudah ada Undang Undang Informasi Transaksi
Elektronik (ITE) banyak masyarakat yang kurang peka terhadap konsekuensi yang
akan ia dapat apabila dengan sengaja membaggikan informasi atau berita yang
bersifat hoax.
Berita Hoax seringkali menyerang pemerintah dengan
balutan opini politik yang bersifat persuasif sehingga masyarakat mudah
terpengaruhi oleh opini opini tersebut.
Hal yang bersifat hoax biasanya didasari oleh
perasaan benci, dan ingin memberikan citra buruk terhadap suatu hal yang
menjadi target utama, memutar balikkan fakta, dan memanipulasi suatu informasi
yang dikemas sedemikian rupa.
Apabila suatu individu maupun kelompok masyarakat
telah terbelenggu ke dalam balutan berita hoax maka perasaan in grup yang
mereka anggap benar akan semakin menguat,
walaupun suatu informasi belum tentu kredibel mereka akan selalu mengedepankan
argumen yang ia anggap sudah benar, sesuai dengan pemikirannya dan dengan
langkah menghalalkan segala cara, menenggelamkan kebenaran.
Di dalam masyarakat yang komunikatif sebagian besar
dari mereka akan berfikir lebih kritis dikarenakan mereka tidak sepenuhnya
menjadikan internet adau dunia maya sebagai kiblat dari sumber informasi yang
ada. Budaya literasi juga sangat berpengaruh dalam tindakan seseorang
mengkonsumsi suatu informasi atau berita.
Adanya persebaran berita hoax membuat ketidak
harmonisan hubungan masyarakat yang ditandai munculnya konflik sosial. Hal ini sangat tampak dalam ranah politik
ketika ada pemberitaan isu isu politik. Masyarakat seakan seperti di adu domba
oleh berita yang belum tentu kebenarannya sehingga membentuk dua kubu yang
kontras antara masyarakat yang pro mendukung proses jalannya kepemerintahan dan
masyarakat yang kontra dengan cara
mengkritik jalannya proses kepemerintahan.
Kebebasan berpendapat memang merupakan suatu hak
setiap individu akan tetapi hal ini sering disalah gunakan dengan cara memutar
balikkan sebuah fakta dan diiringi dengan ujaran kebencian yang bersifat
persuasi.
Pemerintah menganggap serius hal yang bersifat hoax
harus segera di tenggelamkan, jangan sampai berhasil muncul di permukaan secara
lama sehingga masyarakat termakan oleh informasi, maupun berita hoax ini.
Pendekatan ilmu sosiologis melihat pola interaksi
masyarakat melalui hubungan mereka berkomunikasi dalam menyikapi informasi atau
berita hoax yang tersebar diantara masyarakat.
Sosialisasi mengenai maraknya berita hoax yang
sering menyerang pemerintah mulai ditingkatkan agar masyarakat tidak mudah
percaya dan sadar akan pentingnya suatu kebenaran di dalam informasi.
Peran masyarakat untuk memerangi berita ataupun
informasi yang hoax sangat dibutuhkan oleh negara, dengan cara berfikir lebih
kritis, melakukan peninjauan kembali mengenai
kebenaran isi konten yang telah dikonsumsi dan meningkatkan kegiatan
literasi (membaca). Semakin banyak membaca maka wawasan kita semakin luas,
semakin luas wawasan kita maka semakin mudah berfikir secara kritis dalam
menanggapi isu isu yang beredar di sosial media.
Jangan mudah terjebak dalam balutan berita palsu, pesatnya
kecanggihan teknologi harus seimbang dengan pemikiran kritis dan selektif dari
para pengguna smartphone.

Comments
Post a Comment